Blangkon, penutup kepala tradisional pria Masyarakat Jawa, bukan sekadar aksesori pelengkap busana adat. Di balik bentuknya yang khas dan kain batiknya yang indah, tersembunyi makna filosofis dan budaya yang mendalam. Blangkon merupakan simbol identitas, status sosial, dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.
Sejarah dan Asal Usul Blangkon
- Evolusi dari Iket:
- Blangkon berawal dari “iket,” kain persegi yang dililitkan di kepala. Penggunaan iket membutuhkan waktu dan keterampilan khusus.
- Blangkon diciptakan sebagai bentuk praktis dari iket, yang sudah dibentuk dan dijahit sehingga mudah dipakai.
- Pengaruh Keraton:
- Pada masa lalu, blangkon banyak digunakan oleh kalangan bangsawan dan orang-orang di lingkungan keraton.
- Hal ini menunjukkan bahwa blangkon memiliki kaitan erat dengan budaya keraton dan menjadi simbol status sosial.
Makna Filosofis Blangkon
- Simbol Kebijaksanaan:
- Blangkon dianggap sebagai simbol kebijaksanaan dan kedewasaan pria Jawa.
- Penggunaan blangkon menunjukkan bahwa seorang pria harus memiliki pikiran yang jernih dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
- Pengendalian Diri:
- Blangkon juga melambangkan pengendalian diri dan kemampuan untuk menahan emosi.
- Dalam budaya Jawa, seorang pria diharapkan untuk selalu bersikap tenang dan tidak mudah terpancing amarah.
- Nilai-nilai Spiritual:
- Topi Blangkon memiliki makna spiritual yang mendalam, terutama terkait dengan ajaran Islam yang masuk ke tanah Jawa.
- Beberapa bagian blangkon memiliki simbol-simbol yang berkaitan dengan rukun iman dan dua kalimat syahadat.
- Representasi Kekuasaan Tuhan:
- Bagi masyarakat Solo, Topi Blangkon adalah representasi kekuasaan Allah di alam raya, sedang kepala merupakan simbol khalifah-Nya di muka bumi. Mengenakan blangkon sama artinya menyatukan jagad alit (mikrokosmos) dan jagad gedhe (makrokosmos). 1
Jenis-Jenis Blangkon dan Perbedaannya
- Blangkon Yogyakarta:
- Ciri khasnya adalah adanya “mondolan” atau tonjolan di bagian belakang kepala.
- Mondolan ini melambangkan gelungan rambut pria Jawa pada masa lalu.
- Blangkon Surakarta (Solo):
- Tidak memiliki mondolan dan bentuknya lebih datar.
- Blangkon Solo, bagi mereka, adalah representasi kekuasaan Allah di alam raya.
- Perbedaan Motif:
- Motif batik pada blangkon juga memiliki makna dan perbedaan tersendiri.
- Beberapa motif hanya digunakan oleh kalangan tertentu, seperti bangsawan atau pejabat keraton.
Semoga artikel ini memberikan informasi yang komprehensif dan bermanfaat.