Menjelang Lebaran, tren pinjaman online (pinjol) kembali meningkat seiring kebutuhan masyarakat. Mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dengan tegas mengingatkan warganya: “Gaya Lebaran pakai pinjol itu nggak bener.” Ia menyoroti fenomena konsumerisme yang berlebihan.
Dedi Mulyadi menyampaikan kekhawatirannya tentang masyarakat yang memaksakan diri untuk tampil mewah saat Lebaran, padahal kondisi finansial tidak memungkinkan. Hal ini seringkali berujung pada jeratan utang pinjol yang berbunga tinggi dan sulit dilunasi.
Menurutnya, susah memang melarang orang meminjam. Namun, yang terpenting adalah bijak dalam berbelanja dan tidak konsumtif. Lebaran seharusnya menjadi momen spiritual dan kebersamaan, bukan ajang pamer kemewahan yang memberatkan.
“Jangan sampai ingin Lebaran dengan penuh sukacita dan riang gembiranya berlebihan, tetapi setelah Lebaran mengalami derita,” ujar Dedi. Ia menyindir bahwa jangan sampai menjadi “raja sehari, tetapi kemudian menderita selamanya.”
Fenomena pinjol yang meningkat menjelang Lebaran ini menunjukkan adanya perilaku konsumerisme di masyarakat. Banyak orang mudah tergoda untuk meminjam demi memenuhi gaya hidup atau membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mendesak.
Dampak pinjol ilegal sangat berbahaya, mulai dari bunga mencekik, penagihan yang agresif, hingga penyalahgunaan data pribadi. Banyak kasus menunjukkan masyarakat terjebak dalam lingkaran setan utang yang sulit dipecahkan.
Dedi Mulyadi juga meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat untuk lebih agresif memberantas pinjol nakal dan bank gelap. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk melindungi masyarakat dari praktik pinjaman yang merugikan.
Edukasi literasi keuangan kepada masyarakat menjadi sangat krusial. Pemahaman tentang risiko pinjaman, pentingnya perencanaan keuangan, dan menghindari perilaku konsumtif perlu terus digalakkan.
Masyarakat diimbau untuk tidak mudah tergiur dengan penawaran pinjol instan. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan. Lebaran bisa dirayakan dengan sederhana namun penuh makna, tanpa harus terlilit utang.
Dedi Mulyadi juga menyebut bahwa salah satu penyebab Jawa Barat menjadi “juara pinjol” adalah banyaknya kegiatan yang memicu konsumsi berlebihan, seperti beli HP, bayar motor, hingga perpisahan sekolah.
Penting bagi kita semua untuk mengubah budaya sosial yang mengedepankan “walau utang, yang penting kelihatan kaya”. Ini adalah mindset yang harus dirombak demi kesehatan finansial individu dan keluarga.