Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola komoditas hortikultura, terutama pada fase pascapanen, yang seringkali menyebabkan kerugian hingga 20% dari total hasil panen. Salah satu komoditas yang sangat rentan adalah Kentang Granola, varietas yang populer di kalangan petani dan industri karena teksturnya yang baik untuk diolah. Untuk meminimalkan kerugian dan menjaga stabilitas pasokan nasional, adopsi teknologi pascapanen modern menjadi kunci. Peningkatan kualitas penanganan Kentang Granola ini adalah langkah strategis untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri makanan olahan.
Selama ini, metode pascapanen tradisional, seperti pengeringan di lapangan terbuka atau penyimpanan dalam karung di suhu ruang, sering mengakibatkan kerusakan mekanis (bruising), serangan hama, dan pembusukan dini. Hal ini sangat merugikan petani dan membuat harga Kentang Granola menjadi fluktuatif di pasaran. Sebagai contoh, di sentra produksi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, pada Musim Panen Raya April 2025, tercatat kerugian pascapanen mencapai puncaknya karena petani tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai untuk menahan lonjakan pasokan.
Peran Cold Storage dan Curing
Inovasi utama dalam penanganan Kentang Granola terletak pada penerapan Controlled Atmosphere Storage (CAS) atau cold storage terpusat. Fasilitas penyimpanan dingin ini memungkinkan kentang dipertahankan pada suhu rendah yang stabil, idealnya antara 4°C hingga 7°C, dan kelembaban tinggi (90-95%). Kondisi ini secara drastis memperlambat proses metabolisme, perkecambahan, dan pertumbuhan mikroorganisme penyebab pembusukan, sehingga masa simpan dapat diperpanjang dari beberapa minggu menjadi 6 hingga 8 bulan.
Selain cold storage, proses curing atau pengobatan luka pascapanen juga krusial. Segera setelah dipanen, Kentang Granola memiliki luka kecil yang rentan terhadap infeksi. Proses curing yang dilakukan pada suhu yang sedikit lebih hangat (10°C – 15°C) dan kelembaban tinggi selama beberapa hari akan membantu penyembuhan alami luka pada kulit kentang, menciptakan lapisan pelindung yang kuat. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) pada Jumat, 10 Januari 2025, telah meluncurkan program subsidi pembangunan 5 unit cold storage skala koperasi di wilayah sentra kentang untuk memfasilitasi proses ini.
Penguatan Rantai Distribusi dan Kemitraan
Penerapan teknologi pascapanen juga membutuhkan penguatan pada rantai distribusi (logistik). Dengan produk yang lebih tahan lama, petani kini memiliki posisi tawar yang lebih baik dan tidak lagi tertekan untuk segera menjual hasil panen dengan harga rendah. Hal ini mendorong terbentuknya kemitraan yang lebih stabil antara Kelompok Tani Tegal Arum (nama fiktif) dan industri pengolahan makanan besar di Jakarta, dengan perjanjian pasokan Kentang Granola kualitas Grade A secara kontinyu selama satu tahun penuh, yang dimulai sejak Mei 2025.
Pada akhirnya, investasi pada teknologi pascapanen bukan sekadar pengeluaran, melainkan sebuah investasi jangka panjang dalam ketahanan pangan nasional. Dengan memangkas kerugian pascapanen, kualitas dan kuantitas Kentang Granola dapat terjamin, memberikan kepastian pendapatan bagi petani, dan mengamankan pasokan bahan baku bagi industri.