Komoditas Unggulan: Mengapa Rumput Laut Menjadi Emas Biru Indonesia

Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, memiliki potensi maritim yang tak terbatas. Salah satu hasil laut yang kini mendapatkan perhatian serius sebagai “emas biru” adalah rumput laut. Komoditas Unggulan ini bukan sekadar bahan baku makanan, tetapi merupakan sumber daya bernilai tinggi yang diolah menjadi berbagai produk industri, mulai dari farmasi, kosmetik, hingga bahan baku energi. Peningkatan permintaan global terhadap karagenan dan agar-agar, ekstrak utama dari rumput laut, menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci yang tak terhindarkan di pasar internasional.

Kekuatan Indonesia dalam Komoditas Unggulan rumput laut terletak pada volume produksinya yang masif dan keragaman jenisnya, terutama Eucheuma cottonii dan Gracilaria. Sentra produksi utamanya tersebar dari Sulawesi Selatan hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), memanfaatkan perairan dangkal yang hangat dan kaya nutrisi. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) per 30 September 2025, volume produksi rumput laut nasional telah mencapai 15 juta ton basah, dengan 80% di antaranya ditujukan untuk ekspor. KKP menargetkan peningkatan 10% dalam nilai ekspor produk turunan rumput laut pada tahun 2026.

Namun, industri Komoditas Unggulan ini menghadapi tantangan besar terkait kualitas pascapanen. Mayoritas rumput laut masih diekspor dalam bentuk kering, yang rentan terhadap kontaminasi dan penurunan kualitas. Untuk mengatasi ini, pemerintah mendorong hilirisasi. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan 5 universitas teknologi untuk mengembangkan teknik pengeringan cepat dan higienis. Selain itu, investasi telah digulirkan untuk pembangunan 3 pabrik pengolahan karagenan baru di Makassar dan Bima, yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pengolahan dalam negeri hingga 40% pada akhir 2026.

Aspek keberlanjutan juga menjadi fokus. Budidaya rumput laut dikenal sebagai praktik akuakultur yang ramah lingkungan karena tidak memerlukan pakan dan membantu menyerap karbon dioksida. Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat provinsi secara rutin memberikan pelatihan kepada 1.200 kelompok pembudidaya rumput laut setiap hari Kamis untuk memastikan mereka menerapkan teknik budidaya yang berkelanjutan dan mematuhi standar mutu global. Melalui inovasi dan hilirisasi, rumput laut Indonesia berpotensi besar untuk menjadi komoditas penyumbang devisa yang stabil dan berkelanjutan.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org